Manfaat daun tempuyung

Penyakit batu ginjal merupakan penyakit kronis yang sering dialami oleh masyarakat Indonesia. Akibat yang ditimbulkan penyakit ini adalah obstruksi (kerusakan pada saluran kemih, pen.) yang memicu terjadinya infeksi dengan disertai rasa nyeri. Obstruksi dan infeksi apabila berlangsung lama akan menyebabkan gangguan fungsi ginjal, bahkan sampai taraf kegagalan fungsi ginjal. Pengobatan batu ginjal dengan cara modern belum memberikan hasil yang memuaskan. Selain harganya mahal, juga mempunyai resiko cukup tinggi. Pada umunya tindakan yang dilakukan adalah pengambilan batu melalui pembedahan atau pemecahan batu dengan gelombang syok. Akan tetapi cara-cara tersebut masih belum dijangkau oleh seluruh lapisan masyrakat, karena biayanya yang relatif mahal dan keterbatasan peralatan dan tenaga ahli (Purnomo, 2000)
 Jenis batu ginjal yang paling sering (lebih dari 80 %) adalah yang terbentuk dari kristal kalsium oksalat. Pendapat konvensional mengatakan bahwa konsumsi kalsium dalam jumlah besar dapat memicu terjadinya batu ginjal. Namun, bukti-bukti terbaru malah menyatakan bahwa konsunsi kalsium dalam jumlah sedikitlah yang memicu terjadinya batu ginjal ini. Hal ini disebabkan karena dengan sedikitnya kalsium yang dikonsumsi, maka oksalat yang diserap tubuh semakin banyak. Oksalat ini kemudian melalui ginjal dan dibuang ke urin. Dalam urin, oksalat merupakan zat yang mudah membentuk endapan kalsium oksalat
Pembentukan batu ginjal dapat  dicegah dengan cara memperlancar pengeluaran kristal-kristal batu ginjal melalui buang air kecil atau dalam bahasa medis biasa disebut diuresis, sedangkan obat yang berkasiat memperlancar pengeluaran air kemih biasa disebut diuretik. Umumnya obat-obat diuretik yang biasa digunakan pada masa sekarang ini menimbulkan efek samping gangguan keseimbangan cairan tubuh dan elektrolit terutama natrium dan kalium. Kedua ion ini bila terlalu banyak dikeluarkan dari tubuh maka akan menimbulkan gangguan yang disebut hiponatremia dan hipokalemia yaitu terlalu rendahnya kadar natrium dan kalium dalam tubuh (Ganiswara S.G. 1995).
Oleh karena adanya efek samping dari obat-obatan tersebut, maka perlu kiranya kita mencari alternatif obat tradisional yang tidak memiliki efek samping yang merugikan tersebut. Dari sekian banyak tanaman obat yang berkasiat diuretik, tempuyung merupakan salah satu yang populer digunakan oleh masyrakat. Tempuyung termasuk tanaman obat asli Indonesia dari famili Asteraceae. Tanaman ini merupakan tanaman herba menahun, tegak, mengandung getah, mempunyai akar tunggang yang kuat, tumbuh liar di Jawa, yaitu di daerah yang banyak hujan pada ketinggian 50-1650 m di atas permukaan laut. Tempuyung tumbuh di tempat terbuka seperti di pematang, dan di pinggir saluran air (Heyne 1987).
Daun atau seluruh bagian tanaman tempuyung dapat digunakan sebagai obat batu saluran kencing, batu empedu, disentri, wasir, rematik/gout, radang usus buntu (apendisitis), radang payudara (mastitis), bisul, beser mani (spermatorea), darah tinggi (hipertensi), luka bakar, pendengaran kurang (tuli), memar (Plantus, 2008).
Berdasarkan penelitian, tempuyung mengandung banyak senyawa kimia, seperti golongan flavonoid (kaemferol, luteolin-7-O-glukosida dan apigenin-7-O-glukosida), kumarin, taraksasterol serta asam fenolat bebas. Kandungan flavonoid total dalam daun tempuyung 0,1044%, akar tanaman 0,5% dengan jenis yang terbesar adalah apigenin-7-O-glikosida (3,4,5). Sementara pustaka lain menyebutkan bahwa daun tempuyung mengandung senyawa kimia antara lain luteolin, flavon, flavonol dan auron. Kandungan flavonoid inilah yang diduga menyebabkan efek diuresis pada ginjal, akan tetapi mengenai mekanisme kerjanya masih diperlukan penelitian lebih lanjut.
Berdasarkan literatur, senyawa flavonoid dari tumbuhan dapat memberikan efek yang bermacam-macam pada tubuh manusia, diantaranya efek diuretik, antibakteri, anti virus, anti hipertensi (Harborne, 1996). Selain itu flavonoid juga dapat menurunkan kadar asam urat melalui penghambatan enzim xantin oksidase (Choirul, 2000). Perlu kita ketahui, bahwa secara normal tubuh kita memproduksi asam urat. Namun bila produksi asam urat yang berlebihan atau pembuangannya berkurang, maka akibatnya kadar asam urat menjadi tinggi dalam darah. Kadar asam urat yang tinggi dapat mengendap dalam persendian yang menimbulkan rasa nyeri atau kita biasa menyebutnya sakit asam urat.
Hasil penelitian menunjukkan, bahwa senyawa flavonoid dari tempuyung dapat menurunkan kadar asam urat dalam tubuh melalui mekanisme penghambatan enzim xantin oksidase. Pada penderita asam urat, obat-obat yang diresepkan antara lain obat analgesik (penghilang rasa nyeri), diuretik. Dalam hal ini, tempuyung yang mempunyai kandungan flavonoid yang tinggi mempunyai fungsi ganda dalam mengobati asam urat dan batu ginjal. Penelitian yang dilakukan oleh Sasmito tahun 1997, selain mampu mengurangi kadar asam urat dengan menghambat kerja enzim xantin oksidase, flavonoid dari tempuyung juga dapat mengikat kalsium dari batu ginjal membentuk senyawa komplek yang mudah larut. Efek diuretik dari tempuyung akan membantu mendorong asam urat dan batu ginjal keluar melalui urin.
Pemanfaatan tempuyung untuk pengobatan kelebihan asam urat asam dan batu ginjal memerlukan daun tempuyung (6,25 gr), akar tempuyung (6,25 gr), jahe merah (25,00 gr), cengkeh (0,25 gr), kulit manis (0,25 gr), pengawet Na.Benzoat (0,50 gr), dan gula merah secukupnya. Cara pembuatannya, daun dan akar tempuyung segar dibersihkan dari tanah atau kotoran. Kedua bahan tersebut direbus dengan air 500 ml bersama bahan-bahan lainnya, biarkan mendidih sampai volume menjadi 250 ml. Setelah dingin baru ditambahkan pengawet Na.Benzoat, lalu disaring dengan saringan teh atau kain kassa kedalam botol (Widisih, 2004).
Sebagai infornasi tambahan, ada beberapa makanan yang dapat memicu batu ginjal dan asam urat. Kiranya dapat menjadi perhatian agar dapat berhati-hati dalam mengonsumsinya. Contohnya makanan berprotein dan berkarbohidrat tinggi, seperti kacang-kacangan, emping melinjo, nangka, daging, jeroan, bayam, dan ikan. Sedangkan dari jenis minuman, antara lain kopi, teh, kola, dan cokelat.

0 comments: